Saturday, August 13, 2016

The Book of Love

There are two people you will meet in your life.
One will run  a finger down the index of who you are,
and jump straight to the parts of you that peak their interest.
The other will take his or her time reading through every page of your chapter
and maybe fold corners of you that inspired them the most.
You will meet these two people; it is a given.
It is the third that you will never see coming.
That one person who not only finishes your sentences, but keeps the book.

Tulisan itu entah dimana saya temukan. Yang pasti saat membacanya, saya seolah diajak menelusuri jalur ingatan jangka panjang saya hampir dua dasawarsa yang lalu.

Sebagai perempuan yang saat itu berumur 32 tahun dan masih single, tak jarang saya dihadapkan pada pertanyaan-pertanyaan klasik ini: "kapan nih bakal ada janur kuning dipasang?" atau "Mana calonnya? Kenalin dong!" Dan, bahkan ada pula komentar seperti ini: "Kamu psikolog soalnya, jadi picky... banyak pertimbangan soal kriteria calon suami!" Hmmm...

Saya pun cuma senyum-senyum mendengarnya, dan biasanya pakai senjata pamungkas di ujung senyum saya, "Insyaa Allah... mohon do'anya yaaa..." Bil khusus bagi yang rada agresif dan kepo, saya ajukan tawaran, "Makanya bantuiin cariin dong..." (minus sikap memelas manja). Pernah juga dengan kejahilan saya merespons, "Belanda masih jauh tuh... makanya belum nyampe ke sini." (teuteup dengan senyum). Ha ha ha... yang ada saya dipelototin dan disuruh ngucap istighfar. 

Orang pertama dan orang kedua (seperti disebutkan dalam tulisan di atas) pernah mampir dalam urusan jodoh ini. Saya sendiri nggak mencari, dipertemukan begitu saja. Oleh Sang Khalik tentunya. Tapi namanya bukan jodoh, ya nggak ada kelanjutan ceritanya. Sekadar mereka dihadirkan sesaat, dan IA bawa berlalu lagi... entah kemana. 

Orang ketiga yang saya pikir nggak bakal muncul, ternyata IA hadirkan justru di saat saya sudah berpasrah pada apapun kehendakNya. 

Mungkin saya termasuk perempuan yang jarang merisaukan kesendirian saya. Bahkan sejak remaja sampai saya bertemu dengan sang orang ketiga di umur saya yang tidak muda lagi itu, saya nggak pernah berpacaran. Ajaib memang! Ha ha ha... There is always the first time... begitu kata orang. Yeup! Dengan the third one ini semua yang "pertama" pun saya alami... setelah menikah tentunya (if you know what I mean). 

Segalanya terjadi demikian bersahaja, dan dia lah yang meyakinkan saya bahwa dia tak hanya sekadar mempelajari dan membaca setiap halaman diri saya, tapi dengan kesungguhan dan ketulusanya mengajak saya menuliskan perjalanan kami bersama dalam satu buku yang berjudul, "Mitsaqan Ghalizha" (perjanjian yang kuat dan sangat berat). 

Delapan tahun lima bulan dan sepuluh hari...
Itulah jumlah durasi waktu kami menuliskan buku cintaNya. Till death do us part. IA maha mempertemukan, dan IA pula yang memisahkan kami. 

Di hadapan saya sekarang, ada buku lain yang lembarannya hanya terisi tulisan saya. Akankah IA hadirkan orang keempat, yang diagendakan untuk memegang penaNya dan menuliskan kelanjutan kalimat-kalimat indahNya bersama saya...?

Wallahu alam.

"Love is a book written only by those brave enough to turn the page." -Michael Xavier